Actinomycetes
Actinomycetes
secara morfologi berada diantara jamur dan bakteri. Sering dikatakan sebagai ray fungi ataupun thread bacteria. Actinomycetes merupakan bakteri dan mikroba
uniselluler yang membentuk miselium sangat halus dan bercabang-cabang.
Actinomycetes menyerupai bakteri dalam hal kesamaan struktur selnya dan ukuran
irisan melintangnya. Mereka menyerupai jamur berserabut yang menghasilkan
jaringan serabut bercabang. Organisme ini sebagian bereproduksi dengan spora
yang sangat menyerupai bakteri. Jumlah actinomycetes berkisar antara 1.000.000
sampai 36.000.000 per gram tanah.
Klasifikasi Actinomycetes sp.
Divisi : Schyzophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Actinomycetales
Famili : Actinomycetaceae
Genus : Actinomycetes
Spesies : Actinomycetes
sp.
Actinomycetes
merupakan mikroorganisme tanah yang umum dijumpai pada berbagai jenis tanah.
Populasinya berada pada urutan kedua setelah bakteri, bahkan kadang-kadang
hampir sama. Tubuh
Actinomycetes sebagai filamen sel
yang bercabang panjang atau pendek. Organisme ini membelah dengan pembelahan biner, dan mungkin menghasilkan spora eksternal
atau tidak. Organisme ini adalah saprofit tanah dan air (organisme yang hidup
dari benda organik yang membusuk dan sangat penting karena perannya dalam daur
alam, seperti pembusukan bahan organik dan penambatan nitrogen).
Actinomycetes
dapat membentuk dua tipe miselium, yaitu:
1.
Miselium
vegetatif
Miselium vegetatif merupakan miselium
yang tumbuh di atas medium. Pada beberapa spesies miselium vegetatif berbentuk
lurus dan panjang, sedang pada spesies lain berbentuk pendek, bercabang, atau
bengkok. Diameter miselium vegetatif antara 0,2-0,8 mikron. Miselium vegetatif
juga dapat membentuk pigmen.
2.
Miselium udara
(aerial)
Miselium udara (aerial) merupakan
miselium yang tumbuh pada permukaan medium dan terbentuk konidia. Banyak Actinomycetes khususnya yang
termasuk dalam Streptomyces dapat membentuk miselium udara.
Miselium udara berbentuk pendek dan lurus, atau berulir–ulir (spiral) dan
bercabang, dapat membentuk sporofora yang lurus, serta beberapa hifa udara
bersifat steril. Miselium udara memiliki pigmen putih, kelabu, lembayung,
merah, kuning, hijau, atau warna lainnya.
Tabel 1. Flora Actinomycetes yang dominan di tanah
Familia
|
Persentase Familia
|
Streptomyces
Actinomadura
Actinoplanes
Microbiospora
Micromonospora
Nocordia
Streptosporangium
Thermomonospra
|
95,43
0,10
0,20
0,18
1,40
1,98
0,10
0,22
|
Taksonomi Actinomycetes
Pembagian kelompok actinomycetes:
1. Actinomycetes,
kelompok ini tidak dapat memfermentasi alkohol dan asam, bersifat fakultatif
aerob, tidak membentuk miselium, dan dimungkinkan membentuk filamen yang
bercabang. Bentukan selularnya adalah batang, cocoit, atau coryneform.
Actinomycetes bersifat anaerob sampai dengan fakultatif aerob, mikropoloni
membentuk filamen, tapi ada juga yang berbentuk filamen semu atau fragmen
dalam coryneform, dan dapat bersifat patogen.
2. Mycobacteria, memiliki
filamen semu. Ada yang saprofitik, dan hidupnya obligat aerob, mengandung lipid
yang tinggi pada sel dan dinding selnya. Pertumbuhan sel yang lambat, berlilin,
dan mengandung asam mikolid.
3. Actinomycetes
penambat nitrogen. Biasanya bersimbiosis dengan tanaman, dan menghasilkan
miselium sejati. Seperti marga Frankia, yang
terdapat di permukaan nodul pada akar, mungkin bersifat aerofil dan
pertumbuhannya lambat. Sel mampu menambat nitrogen bebas.
4. Actinoplanes. Memiliki
miselium sejati dan membentuk spora. Termasuk dalam kelompok ini adalah
marga Actinoplanes dan streptosporangium.
5. Dermatopilus. Memiliki
miselium filamentus yang terbagi transversal, untuk membentuk massa yang motil.
Berbentuk coccus, tidak
memiliki aerial miselium, kadang-kadang menyebabkan infeksi epidermal.
6. Nocardia. Miselianya
berfragmen untuk membentuk cocoid atau pemanjangan elemen, kadang-kadang
memproduksi spora aerial, kadang bersifat asam, kandungan lipid di sel dan
dinding selnya sangat tinggi.
7. Streptomycetes.
Miseliumnya lengkap, kelimpahan miselium tinggi, dan rantai sporanya panjang.
Marga terbesar adalah Streptomyces, yang telah
di ketahui sekitar 500 jenis, banyak memproduksi antibiotik.
8. Beberapa
spesies bersifat patogen dan fitopatogen dengan prosentase GC 69–75.
Streptomyces yang diisolasi sebagian besar memiliki kemampuan dalam
mendegradasi selulosa dan melarutkan fosfat. Genus ini paling efisien dalam
mendegradasi selulosa dan melarutkan fosfat karena kecepatan pertumbuhannya dan
aktivitas yang tinggi dibanding genus lain.
9. Micromonospora.
Miseliumnya lengkap, spora berbentuk panjang dalam satu pasang, atau dalam
rantai yang pendek. Beberapa di antaranya bersifat termofilik, sedangkan yang
di temukan di tanah biasanya bersifat saprofitik.
Morfologi Actinomycetes
Actinomycetes
memiliki karakter yang berbeda dibanding bakteri yang lain. Bentuk koloni
Actinomycetes menyerupai koloni kapang dan bakteri, namun keragaman koloni Actinomycetes
sangat bervariasi. Actinomycetes berbeda dari jamur dalam hal komposisi dinding
selnya. Actinomycetes tidak memiliki kitin dan selulosa yang umum dijumpai
dalam dinding sel jamur. Koloni-koloni di permukaan dapat berkembang bersama membentuk selaput
permukaan yang halus atau berkeriput. Koloni-koloni pada media padat
biasanya dapat keras, kasar, dan dapat pula halus atau berkeriput, terkadang
tumbuh tinggi di atas permukaan medium. Koloni pada media akan nampak
berwarna putih dan berbentuk kecil. Kumpulan dari mikroorganisme ini akan
terlihat seperti yellowish sulphur granules.
Pengamatan
yang lebih teliti pada suatu koloni di bawah mikroskop stereo menunjukkan
adaya miselium ramping bersel satu yang bercabang, diameter hifanya jarang
melebihi satu micron (0,5-0,8ยต) yang membentuk
spora aseksual untuk perkembangbiakannya. Misellium
yang serial dapat berwarna putih, kelabu, merah, kuning, coklat, hijau atau
suatu tipe pewarnaan lainnya. Hifa yang kemungkinannya pendek, cenderung
berkembang dengan suatu penampilan yang pucat atau panjang membentuk semacam
lapisan yang tebal, menutupi permukaan pada perkembangan vegetatif atau mungkin
membentuk suatu jaringan yang halus. Di alam,
Actinomycetes dapat ditemui sebagai konidia atau bentuk vegetatif. Populasi di
alam dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan organik, pH,
kelembaban, temperatur, musim, kedalaman dan sebagainya.
Actinomycetes mempunyai fungsi:
1.
Mendekomposisi
bahan organik
Kemampuan Actinomyetes untuk hidup di lingkungan bernutrisi rendah dan untuk mengkonsumsi lognoselulosa (lignin dan selulosa, zat-zat penyusun kayu, biasanya sukar dicerna kebanyakan bakteri tanah) menyebabkan Actinomycetes mendominasi kawasan bebatuan karst.
Kemampuan Actinomyetes untuk hidup di lingkungan bernutrisi rendah dan untuk mengkonsumsi lognoselulosa (lignin dan selulosa, zat-zat penyusun kayu, biasanya sukar dicerna kebanyakan bakteri tanah) menyebabkan Actinomycetes mendominasi kawasan bebatuan karst.
Proses
dekomposisi bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:
1) Reaksi enzimatik
atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi senyawa
hidrokarbon yang terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan
produk akhir berupa karbon dioksida (CO2), air (H2O), energi
dan panas.
2) Reaksi spesifik
berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial
berupa hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
3) Pembentukan
senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa
humus tanah. Berdasarkan kategori
produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan organik
digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Proses mineralisasi
Proses
mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang
tidak resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi
dihasilkan ion atau hara yang tersedia bagi tanaman.
b. Proses humifikasi
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposisi.
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposisi.
2. Menghasilkan antibiotik yang dapat
menghambat bahkan mematikan mikroba lainnya, khususnya yang pathogen
Actinomycetes, yang
strukturnya merupakan bentuk antara jamur dan bakteri,
menghasilkan zat-zat anti mikroba dan asam amino yang dikeluarkan
oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Actinomycetes dapat
hidup bersama dengan bakteri fotosintetik. Streptomyces merupakan
salah satu genus dari kelas Actinomycetes yang biasanya terdapat
di tanah. Streptomyces adalah prokariot yang menghasilkan
substansi penting untuk kesehatan seperti antibiotik, enzim, dan
immunomodulator dan salah satu organisme tanah yang
memiliki sifat-sifat umum yang dimiliki oleh bakteri dan
jamur tetapi juga memiliki ciri khas yang cukup berbeda yang
membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda. Banyak anggota
dari Streptomyces menghasilkan antibiotik di mana lebih dari setengahnya
merupakan antibiotik yang efektif melawan bakteri, misalnya
streptomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.
3. Mengikat struktur tanah liat
sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah
Organisme
seperti benang-benang jamur dan humus dan mengikat satu
partikel tanah dengan lainnya sampai membentuk agregat dan
struktur tanah. Organisme juga memproduksi sejumlah bahan kimia seperti
asam-asam organik yang dapat merekat partikel-partikel tanah. Lemak-lemak
dan lilin sebagai hasil perombakan bahan organik juga berperan
penting dalam memantapkan agregat-agregat tanah.
4. Dapat
menghilangkan bau, dengan zat-zat metabolik yang dikeluarkannya
Actinomycetes memiliki cara untuk
mempertahankan diri pada saat kondisi sangat kering dengan cara mengubah dirinya menjadi spora. Ketika kondisi
memungkinkan saat ada air, bakteri yang berbentuk spora ini akan tumbuh kembali
menjadi filamen. Saat musim kemarau dimana banyak tanah yang kering, bakteri
ini tidak dapat bereproduksi sehingga berbentuk spora. Saat hujan turun, air
hujan yang jatuh ke tanah akan menyebabkan spora ini terbang ke udara. Spora
yang sangat kecil ini beterbangan hingga tertahan beberapa saat di udara. Pada
saat kita bernafas, spora-spora yang sangat kecil ini masuk ke dalam pernafasan
kita dan terciumlah bau khas dari spora ini yaitu aroma segar yang khas dari
udara yang biasanya tercium setelah hujan turun.
Habitat dan pertumbuhan actinomycetes
Bangsa Actinomycetes terdiri dari tiga suku yaitu Mycobacteriaceae, suku Actinomycetaceae dan suku Streptomycetaceae. Actinomycetes masih dapat tumbuh dalam jumlah yang cukup besar khususnya genus Thermoactinomyces dan Streptomyces. Actinomycetes memiliki habitat yang cukup luas antara lain ditemukan pada tanah, kompos, padang rumput, tanah hutan, sedimen, lumpur, dan pada daerah perakaran tanaman atau di perairan laut. Jumlah Actinomycetes meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami dekomposisi. Pada umumnya Actinomycetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya menurun pada keadaan lingkungan dengan pH dibawah 5,0. Rentang pH yang paling cocok untuk pertumbuhan Actinomycetes adalah antara 6,5-8,0. Tanah yang tergenang air tidak cocok untuk pertumbuhan Actinomycetes, sedangkan gurun yang kering atau setengah kering dapat mempertahankan populasi dalam jumlah yang cukup besar, karena adanya spora. Temperatur yang cocok untuk pertumbuhan Actinomycetes adalah 25-30 °C , tetapi pada suhu 55-65 °C.
Kebanyakan
Actinomycetes bereproduksi dengan cara segmentasi dan fragmentasi. Pembentukan
spora secara fragmentasi adalah pembentukan spora analog dengan protoplasma
pada dinding sel pecah menjadi fragmen-fragmen yang ukurannya seragam. Fragmen-fragmen
ini kemudian dibebaskan. Pembentukan spora ini dimulai dari ujung hyphae yang berkembang ke arah pangkal. Pembentukan spora secara
segmentasi adalah hyphae
yang akan membentuk spora membentuk dinding pemisah, kemudian hyphae terpisah menjadi
segmen-segmen kecil, dengan demikian terbentuk oidia/artrospora (spora bersel tunggal yang terbentuk karena
terputusnya sel-sel hyphae).
Beberapa spesies dapat membentuk klamidospora.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarsih
S. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Fakultas Pertanian Upn”Veteran” Yogyakarta.
Mudjahid T.F.I.
2011. Actinobacteria. http://tabsfathiylla.blogspot.com/2011/03/ actinobacteria.html. Diakses 30 Maret 2017 11:10 WIB.
Rivando
R. 2011. Ekologi Tanah. http://sylvesterunila.blogspot.com/2011/05/ ekologi-tanah-ilmu-tanah.html. Diakses
3 Maret 2017 10:54 WIB.
Kesuma
P. 2015. Peranan Actinomycetes Terhadap
Ekosistem Tanah. http://panjikesumapertanian.blogspot.com/2015/01/makalah-peranan-actinomycetes-terhadap.html. Diakses
30 Maret 2017 11:12 WIB.
Nasriyari
T., dkk. 2015. Pemanfaat Actinomycetes Dalam
Bidang Bioteknologi Pertanian. http://junairanis.blogspot.com/2015/12/makalah-dasar-dasar-bioteknologi.html. Diakses
30 Maret 2017 11:05 WIB.
Zulaikha
M. 2015. Kesuburan Tanah Dipengaruhi Oleh
Mikroorganisme. http://mashfufatulzulaikha.blogspot.com/2015/10/kesuburan-tanah-dipengaruhi-oleh.html. Diakses
30 Maret 2017 10:56 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar