UNSUR FOSFOR BAGI PERTUMBUHAN
TANAMAN
Fosfor Hara Esensial Tanaman
Fosfor merupakan unsur esensial tanaman.
Yaitu tidak ada unsur lain yang dapat mengganti fungsinya sendiri didalam
tanaman. Oleh sebab itu tanaman harus mengandung unsur fosfor dalam jumlah yang
cukup untuk pertumbuhan secara normal. Sedangkan fungsi fosfor didalam tanaman
yaitu dalam proses fotosintesis, transfer, respirasi, dan penyimpanan energi,
pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses didalam tanaman lainnya. Oleh
karena fosfor dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar maka fosfor
disebut dengan unsur hara makro dan kadar fosfor paling tinggi dijumpai pada
pusat-pusat pertumbuhan. Yaitu apabila tanaman didefisiensi fosfor maka fosfor
yang ada didalam jaringan tua dimobilisasi ke jaringan muda, sehingga yang
didefisiensi terlebih dahulu pada jaringan tua, demikian juga apabila tanaman
sudah memasuki fase generative (masak), sebagian besar fosfor dimobilisasi ke biji
atau bagian-bagian generatif tanaman.
Siklus Fosfor
Gambar 1. Siklus Fosfor |
Video Penjelasan Siklus Fosfor
Tahapan proses siklus fosfor adalah sebagai berikut:
1. Sebagian
besar ketersediaan fosfor dalam tanah berasal dari pelapukan batuan fosfat.
Batuan tersebut lapuk oleh perubahan cuaca. Fosfat dari pelapukan batuan fosfat
meresap ke dalam
2. Fosfat
anorganik yang tersedia di dalam tanah diserap tumbuhan. Hewan tidak dapat menyerap
fosfat anorganik. Hewan hanya mampu menyerap fosfat organik. Kebutuhan fosfor
organik ini terpenuhi dengan cara memakan tumbuhan melalui proses rantai makanan.
3. Tumbuhan
dan hewan yang mati, feses, dan urinnya akan terurai menjadi fosfat organik. Bakteri
menguraikan fosfat organik ini menjadi fosfat anorganik. Fosfat ini akan
tersimpan ke dalam tanah kembali dan diserap oleh tumbuhan.
4. Di
dalam ekosistem air, juga terjadi daur fosfor. Fosfat yang terlarut di dalam
air diserap oleh ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan mendapatkan fosfat
melalui rantai makanan. Dekomposer menguraikan organisme air yang mati serta
hasil ekskresinya menjadi fosfat anorganik.
5. Selain
hasil urai dekomposer, sumber fosfat dalam air berasal dari pelapukan batuan
mineral (endapan batuan fosfat, fosil tulang) yang hanyut di perairan. Fosfat
yang terlarut di lautan dalam akan membentuk endapan fosfor. Endapan ini tidak
dapat dimanfaatkan lagi karena tidak ada arus air di perairan dalam. Fosfat
yang terlarut di perairan dangkal teraduk oleh arus air sehingga menyuburkan
ekosistem. Ekosistem yang subur menjadi tempat hidup bagi banyak biota air.
6. Di
tempat tertentu, terjadi penimbunan fosfor karena penumpukan kotoran burung guano.
Burung guano adalah spesies burung laut yang memangsa ikan-ikan laut.
Gerombolan burung ini membawa kembali fosfat dari laut menuju darat melalui
feses.
Sumber Fosfor Tanah
Sumber
fosfor alam yang dikenal mempunyai kadar P adalah batuan beku dan
batuan endapan (sedimen), dimana bahan mineralnya mengandung apatit (Ca10(PO4,CO3)6(F,Cl,OH)2.
Mineral ini merupakan senyawa karbonat, flour,
chlor atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P2O5 berkisar 15-30 %.
Mineral ini sangat sukar larut dalam air dan tidak tersedia bagi tanaman.
Dengan adanya proses pelapukan, apatit akan mengalami perubahan dan kemudian
akan membebaskan fosfat dalam ikatan Ca-fosfat. Selain apatit dikenal juga
senyawa fosfat lain yang bersenyawa dengan alumunium dan besi yang juga sukar
larut dan kurang tersedia. Fosfat juga dapat diikat sebagai anion
yang dapat dipertukarkan dan dapat terikat dalam bentuk-bentuk yang tidak dapat
diabsorpsi tanaman. Sebagai akibat dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat
dalam larutan tanah adalah rendah. Selain itu Sumber Fosfor diperoleh dari perombakan bahan organik: menyumbang 20-80% dari total P dalam tanah, rabuk,
kompos dan biosoli, pelarutan mineral P : mineral primer dan sekunder, mineral
primer sangat lambat tersedia menjadi sumber jangka panjang, pengendapan sedimen
erosi, dan penambahan pupuk yang mengandung P.
Mobilitas P
Unsur
fosfor (P) sifatnya mudah dipindahkan dari bagian daun yang tuda ke titik
tumbuh. Gejala kekahatan: tanaman kerdil, pertumbuhan akar buruk, kedewasaan
terlambat, warna daun hijau kelam, muncul warna keunguan misalnya pada
jagung. Jika P berlebihan meskipun tidak secara langsung meracuni
tanaman, akan menyebabkan merangsang pertumbuhan organisme perairan,
mempercepat eutrofikasi, P tanah yang berlebih meningkatkan pengangkutan P
dalam sedimen, air limpasan.
Bentuk P yang diserap tanaman
Kebanyakan P diserap dalam
bentuk ion anorganik orthofosfat: HPO4 2- atau
H2PO4 –. Jumlahnya tergantung pH larutan, pada pH 7,2
jumlahnya setara, HPO4 2- lebih
banyak jika kondisi tanah alkalin, sedangkan H2PO4– lebih
banyak jika kondisi tanah masam. Akar juga menyerap beberapa fosfat organik:
asam nukleat, fitin, kontribusi terhadap keseluruhan hara P masih kecil.
Penyerapan H2PO4– lebih
cepat dibanding HPO4 2- ,
hal ini terkait dengan muatan divalen vs. monovalen. Keseimbangan kation/anion:
penyerapan fosfat meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, keseimbangan muatan,
pengakutan kooperasi; penyerapan fosfat dapat menghambat penyerapan nitrat dan
sulfat, penghambatan kompetisi. pH risosfer: akar melepas HCO3 – (OH – )
Gerakan P menuju akar
Ion HPO42- atau H2PO4-
terutama bergerak menuju akar karena difusi:
-
Kadar dalam tanah rendah: sekitar 0,005 ppm
-
Adanya reaksi penjerapan, presipitasi di dalam tanah
-
Ion fosfat bergerak <1 mm dalam satu musim tanam
-
Ukuran dan kerapatan sistem perakaran sangat penting dalam
proses penyerapan P
Peran Fosfor Pada Tanaman:
(1)
Pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin
(2)
Pembentukan buah, bunga dan biji,
(3)
Kematangan tanaman, melawan efek nitrogen,
(4) Merangsang perkembangan akar halus dan akar rambut, kualitas hasil tanaman
(5)
Memperkuat batang pada tanaman serealia,
membantu menghindari tumbangnya tanaman
(6)
Kekebalan terhadap penyakit.
Ketersediaan Fosfor Tanah
Bentuk P yang terdapat di dalam
bahan induk tanah, sebelum pertumbuhan tanaman dan pembentukan tanah pada umumnya
sukar tersedia bagi tanaman. Setiap generasi
tanaman dapat memanfaatkan beberapa kilogram P tanah dalam setiap hektar.
Diperkirakan sepertiga atau dua pertiga jumlah P tanah ini berada sebagai P
anorganik dalam tanaman, sedangkan lainnya dalam bentuk P organik. Matinya tanaman dapat
menyebabkan sejumlah kecil
P anorganik kembali kedalam tanah. Bentuk
ini jauh lebih larut jika dibandingkan dengan Panorganik yang berasal dari
bahan induk tanah.
Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Fosfor.
1.
Tipe liat
P
tanah akan difiksasi liat sehingga tidak tersedia, dimana fiksasi ini akan
lebih kuat pada tipe liat 1:1 daripada liat tipe 2:1. Tanah yang banyak mengandung kaolinit,
seperti yang banyak dijumpai pada daerah dengan curah hujan tinggi dan temperatur
tinggi sudah tentu lebih kuat mengikat P, seperti tanah-tanah di Indonesia. Di
samping itu oksida hidrous dari Al dan Fe yang banyak
terdapat pada daerah tropika juga ikut menyerap P, dimana
senyawa ini banyak dijumpai pada tanah yang
banyak mempunyai tipe liat 1: 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi kadar liat suatu tanah maka semakin tinggi kemungkinan pengikat
P tanah. Tetapi patut juga dicatat bahwa jerapan P organik tanah sangat tinggi
oleh liat tipe 2:1, terutama pada tanah-tanah masam.
2.
Reaksi Tanah.
Ketersediaan P tanah
sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada kebanyakan tanah ketersediaan P maksimum dijumpai pada kisaran pH antara 5,5-7,0. Ketersedian P akan
menurun bila pH tanah lebih
rendah dari 5,5 atau lebih
tinggi dari 7,0. Pada
pH rendah jerapan P oleh ion Fe dan Al dan oksida hidrous dari logam-logam
tersebut. Di atas pH 7,0 fiksasi atau jerapan dilakukan oleh kalsium dan magnesium
yang banyak tersedia dan larut, menyebabkan P mengendap
sehingga ketersediaannya menurun
kembali.
3. Waktu Reaksi
Makin lama waktu kontak antara tanah dan P yang
diberikan makin banyak pula P yang difiksasi sebagai akibat dari makin banyak terbentuk senyawa-senyawa
dengan kelarutan rendah. Waktu yang diperlukan untuk dapat
mengikat sejumlah P
tertentu berbeda-beda menurut jenis tanah, tergantung dari kemampuan
fiksasinya, dapat berakhir sebentar tapi dapat pula beberapa
bulan atau tahun.
Aplikasi dari waktu reaksi ini ialah:
a) Menentukan
apakah diberikan sekaligus dalam
satu rotasi, ataukah beberapa kali pemberian dengan jumlah yang lebih kecil dan
b)
Menentukan cara pemberian pupuk P, apakah diberikan dalam larutan atau
disebar.
4. Temperatur
Walaupun kecepatan suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya
temperatur, tetapi pengaruh temperatur terhadap fiksasi P pada kondisi lapangan
belum jelas. Namun demikian
sebagai petunjuk dapat dikemukakan bahwa
fiksasi P pada tanah didaerah beriklim panas lebih besar dari tanah di daerah-daerah
beriklim sedang.
5. Bahan organik
Bahan organik memperbesar ketersediaan fosfat tanah, melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Gas CO2 larut dalam air membentuk asam karbonat yang mampu melapukkan beberapa mineral primer tanah. Pada tanah berkapur, produksi CO2 memainkan peranan penting dalam ketersedian P tanah, demikian juga pada tanah masam.
Bahan organik memperbesar ketersediaan fosfat tanah, melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Gas CO2 larut dalam air membentuk asam karbonat yang mampu melapukkan beberapa mineral primer tanah. Pada tanah berkapur, produksi CO2 memainkan peranan penting dalam ketersedian P tanah, demikian juga pada tanah masam.
Peranan humus sebagai bahan organik dalam memperbesar ketersediaan P tanah
disebabkan:
1)Membentuk
P humik yang mudah diambil tanaman
2)Dapat
menyelimutii sesquioksida dan dapat
menyangga peningkatan P
oleh tanah
3)Dapat
terjadi pertukaran antara ion P dengan ion humat.
Bahan organik dapat secara tidak langsung
mempengaruhi suplai P untuk tanaman melalui
peningkatan pertumbuhan dan aktifitas organisme
pelarut fosfat, mikoriza adalah simbiosis mikroorganisme menguntungkan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil sebagian besar tanaman dengan cara
meningkatkan serapan fosfor. Akar tanaman dan hifa mikoriza dapat menahan
beberapa P yang dilepaskan dari
bentuk organik sebelum menjadi senyawa
P anorganik yang sulit terlarut dan tersedia, karena itu serapan unsur hara
yang semakin tinggi akan
terjadi bila hifa menyebar secara acak. Hasil penelitian membuktikan arti penting dari bahan
organik dalam proses penginfeksian tanaman oleh jamur mikoriza. Bahan organik juga
memicu terjadinya infeksi mikoriza secara tidak langsung melalui pengaruhnya
pada struktur tanah, kapasitas mengikat air, dan mineralisasi unsur hara.
Kehilangan Fosfor
Ada beberapa cara kehilangan P dari tanah yaitu:
(1) Terangkut Tanaman
Total kehilangan P dari tanah karena diangkut tanaman semusim berkisar antara 5 – 6 Kg per
hektar. Nilai 6 kg per
hektar adalah sama dengan lebih kurang 0,4
% dari rata-rata kadar P dalam lapisan olah. Namun demikian angka kehilangan tersebut tidak lah mutlak, karena jumlah
kehilangan oleh tanaman sangat
ditentukan pula oleh jenis
serta sifat tanaman dan management usaha tani.
(2) Tercuci
Kadar P larutan tanah biasanya kurang dari 0,1 mm per ml dan sangat jarang lebih dari
1 mm per ml. Dengan demikian
kehilangan P akibat pencucian juga sangat kecil. Kadang-kadang para peneliti
mengabaikan jumlah P yang tercuci ini karena sangat rendah.
(3) Tererosi
Kehilangan P melalui erosi relatif lebih besar dari
kehilangan oleh faktor-faktor lain, Kehilangan ini lebih besar dari yang
diperkirakan, karena partikel-partikel halus yang mempunyai tingkat kesuburan
tinggi keseluruhan akan terangkut dari tanah oleh erosi. Kehilangan diperbesar lagi oleh curah hujan yang
tinggi dan kelerengan yang besar.
Daftar Pustaka
Yuwono N. W. 2010. Fosfor.
Diakses pada (https://nasih.wordpress.com/2010/11/01/fosfor/)
Tanggal 21 Mei 2017 10:27 WIB.
Biosmada.
2012. Daur Fosfor. Diakses pada (http://biosmadaj.blogspot.co.id/2012/04/daur-fosfor-p.html)
Tanggal 21 Mei 207 11:59 WIB.
Arinong A. R. 2013. Fosfor Tanah. Diakses pada (http://www.stppgowa.ac.id/informasi/artikel-ilmiah/258-fosfor-tanah.htm)
Tanggal 21 Mei 2017 12:02 WIB.